GARUT – Warga Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut mengembangkan kesenian calung Garut.
Upaya pengembangan kesenian calung Garut ini mendapatkan apresiasi dari pengurus Paguyuban Seni Calung Garut (PSCG) Kabupaten Garut.
Pada saat seni budaya Kasundaan mulai tergeser oleh seni modern, warga Kecamatan Cigedug masih aktif dengan seni budaya Kasundaan Calung.
Uniknya lagi, seni calung di Kecamatan Cigedug bukan saja diminati oleh orang lanjut usia, tapi juga oleh anak muda, ibu-ibu bahkan usia sekolah.
Hal itulah yang membuat Ketua Paguyuban Seni Calung Garut (PSCG), Enday Kusnandar bersama pengurus mengunjungi pelaku seni calung Garut yang ada di Kecamatan Cigedug pada Jumat (14 Juli 2023).
Kunjungan PSCG Kabupaten Garut ke Cigedug dalam rangka pembinaan kepada pelaku seni calung Garut di Cigedug berupa wawasan seni kasundaan, termasuk cara memainkan calung yang benar.
Pada kesempatan tersebut, para seniman calung Cigedug unjuk gigi di hadapan Abah Enday untuk kemudian diberikan evaluasi dan pengarahan.
Pada kesempatan kunjungan tersebut, Abah Enday juga melakukan pengukuhan terhadap kepengurusan PSCG Kecamatan Cigedug yang dipimpin oleh Empon Wiwin dari Group Calung Lugay Katineung Desa Sukahurip.
Abah Enday mengaku terharu sekaligus bangga di lima desa yang ada di Kecamatan Cigedug, tiga desa diantaranya menghidupkan seni calung Garut dengan latihan rutin bahkan melibatkan para siswa SD, SMP dan SMA.
“Kita sebagai masyarakat sunda yang berada di Garut tentu memiliki tanggung jawab yang besar untuk memelihara seni sunda khususnya seni calung yang merupakan jati diri masyarakat Jawa Barat termasuk masyarakat Garut,” ujarnya.
” Mengingat seni tradisi tersebut dari waktu ke waktu semakin memudar, oleh karena itu seniman Garut yang tergabung dalam wadah PSCG sakadada–sakaduga berusaha untuk selalu berperan aktif dalam mengembangkan seni sunda dengan kemampuan yang kami miliki,” katanya.
“Alhamdulillah, di Cigedug ada enam group calung dan semuanya aktif melakukan regenerasi kepada generasi muda anak-anak usia sekolah. Abah terharu dan bangga dengan regenerasi calung dikecamatan Cigedug,” tegas Abah Enday.
BACA JUGA: TP PKK Kecamatan Cigedug Gelar Lomba Senam Harum Madu
Sementara itu, sekretaris Kecamatan Cigedug Ma’mun Gunawan mengucapkan terima kasih atas kunjungan Abah Enday ke Cigedug. Semoga kunjungan ini memberikan spirit dan motivasi kepada para pelaku seni calung di Cigedug untuk terus berkarya, bertahan dari gempuran modernisasi dan meregenerasikan calung kepada anak muda.
BACA JUGA: Desa di Kecamatan Kersamanah Sudah Laksanakan Program Harum Madu
Menurut Ma’mun, enam group seni calung Garut yang ada di Kecamatan Cigedug adalah Lugay Katineung dan Mekar Wangi Saluyu dari Desa Sukahurip, Lugaya Rasa Putera dan Lugaya Rasa Puteri dari Desa Sindangsari, serta Sinar Sawargi dan Gentra Sawargi dari Desa Barusuda.
Untuk diketahui, pada masa lampau, calung sering dimainkan secara tunggal, biasanya di tempat-tempat sepi oleh orang-orang yang sedang menunggu padi di sawah sambil menghalau burung-burung.
BACA JUGA: LGBT di Garut Sudah Masuk Pasal di Perbup, Tapi Tidak Ada Sanksi Hukum
Bagi orang yang memainkannya, calung merupakan musik pelipur lara atau hati yang sedang bingung. Selain itu, calung adalah salah satu alat musik bambu yang oleh orang Sunda digunakan untuk mengiringi rasa ucapan syukur kepada yang kuasa dan juga sebagai penggugah semangat dalam pertempuran.
Itulah kenapa, pada zaman kolonial Belanda alat musik calung dan angklung mendapat larangan karena dikhawatirkan dapat menyulut semangat rakyat dalam pertempuran. Seiring berjalannya waktu, calung kemudian dijadikan sebagai alat musik yang dimainkan dalam pertunjukan sebagai tontonan atau hiburan bagi masyarakat.
