Medan– Ibadah kurban adalah suatu ibadah untuk meraih derajat ketaqwaan kepada Allah, sementara menyembelih hewan hanyalah sarana (wasilah) untuk mendekatkan diri (ber taqorrub ) kepada Allah Swt.
”Menurut Imam al-Ghazali dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin, kurban merupakan simbol dari penghilangan sifat dan nafsu hewani yang ada dalam jiwa manusia yang menjadi penghalang (hijab) manusia untuk dekat kepada Allah,”
Berdasarkan pendapat imam Ghazali ini, kami ingin menjawab pertanyaan masyarakat yang bertanya, kenapa hewan kurban hanya dibolehkan hewan seperti sapi, kambing, kerbau,dan unta. Kenapa tidak diperbolehkan hewan unggas seperti ayam, bebek dan lain-lain, atau bayar saja dengan uang yang senilai dari harga hewan ternak yang diperbolehkan di atas tadi?
Jawabannya adalah sebagai berikut:
Rakus
Binatang itu sifatnya rakus, yang hidupnya hanya memikirkan makan dan makan semata, ia tak pernah memikirkan bagaimana kehidupan ini kedepannya, apakah merugi atau beruntung?. Sifat binatang inilah hakikatnya yang akan kita sembelih dari diri kita ketika kita berkurban, itulah sebabnya, kenapa biasanya panitia kurban memanggil nama-nama peserta kurban untuk menyaksikan hewan kurbannya disembelih, padahal hakikatnya bukan hanya sekedar menyaksikan tapi seharusnya peserta kurban itu juga menyentuh hewan kurbannya, sambil berniat dalam hati seolah-olah berkata,”ya Allah, Seiring dengan tersembelihnya hewan kurban saya ini, maka sembelih lah sifat ke binatangan yang ada pada diri ku ini”
Serakah
Maksudnya bahwa binatang ini tak peduli apakah yang ia makan adalah rumput milik tuannya atau bukan, yang terpenting baginya hanyalah dapat mengenyangkan perutnya.
Sifat inilah semestinya kita sembelih dari dari diri kita pada saat seiring tersembelihnya hewan kurban kita, karena ada aturan hidup yang harus kita lakukan bukan bertindak sesuka hati dan tak peduli dengan hak orang lain, jika sifat ini dapat kita sembelih maka di negeri ini tak lagi ada orang yang korupsi karena serakah ingin memperkaya diri dan memakan hak orang lain ( rakyat dan kepentingan negara).
Menindas yang lemah
Maksudnya adalah kita semua mengetahui bahwa dalam dunia hewan siapa yang terkuat dialah yang menjadi raja sedangkan yang lemah akan menjadi rantai makanan, sifat ini jika kita sembelih seiring dengan tersembelihnya hewan kurban kita, maka penegakan hukum di negeri ini ini pasti akan bersikap adil, tak ada lagi istilah hukum tajam ke atas dan tumpul ke bawah, hukum akan ditegakkan sama rata bagi seluruh rakyat Indonesia, tak peduli dia kaya atau miskin, pejabat atau bukan, semua akan diperlakukan sama di mata hukum, agar yang kuat tak lagi menindas yang lemah.
Demikianlah hakikat makna kurban menurut penulis, sifat kehewanan yang harus kita sembelih dari dalam diri kita, semoga kita semua yang berkurban dapat menyembelih sifat kehewanan tersebut untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan menuju negeri baldatun Thoyyibatun wa robbun ghofur, Terinspirasi dari ungkapan imam Ghozali yang disebutkan dalam kitab ihya Ulumuddin
Penulis: Ustadz Hendra Siregar SH.I
- Direktur Kantor Law Office Aksara of Justice
- Pengasuh Islamic Boarding School Dhinukum Zholtan
- Penceramah
baca juga: Mengapa Ibadah Haji Hanya Diwajibkan Bagi yang Mampu?
