KOTA BANDUNG – Penyakit HIV AIDS sejak dahulu hingga sekarang sangat ditakuti karena kabarnya belum ada obat yang bisa menyembuhkan penyakit ini. Obat yang ada baru bisa memperlambat perkembangan virus saja.
Penyakit ini sangat mematikan dan karena itulah HIV AIDS sangat ditakuti.
Ketua Umum PW Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Provinsi Jawa Barat, Ahmad Jundi Khlifatullah menjelaskan, berdsarkn data WHO di seluruh dunia HIV AIDS telah merenggut 36,3 juta jiwa.
Berdasarkan data terakhir sampai Maret 2021, seperti yang dilaporkan Ditjen P2P Kemenkes RI, menunjukkan jumlah kumulatif di Indonesia sebanyak 558.618 kasus. Diantaranya terdiri dari 427.201 HIV dan 131.417 AIDS.
Berdasarkan data UNAIDS, pada akhir 2018, sebanyak 37,9 juta orang di dunia hidup dengan HIV dan 770.000 orang meninggal karena AIDS.
Melihat data tersebut, Ahmad meminta Pemerintah Jawa Barat harus sigap dalam menanggulangi HIV AIDS khususnya yang menimpa kalangan pemuda pemudi.
Ahmad menyayangkan untuk di Jawa Barat penularan HIV AIDS ini terjadi mayoritas di usia produktif antara 20-29 tahun.
Sementara edukasi dan penanganan dari Pemerintah Provinsi menurutnya kurang maksimal.
Bahkan kata Ahmad, kasus HIV AIDS di Ibu Kota Jawa Barat sendiri menyasar semua kalangan dan profesi, salah satunya mahasiswa dan pelajar.
” Dari kasus penularan HIV AIDS yang terjadi di Kota Bandung yang mencapai 5.943 kasus, mahasiswa menyumbang kasus positif mencapai 6,97 persen atau mencapai 414 kasus,” sebutnya.
Menanggapi informasi tersebut, Wakil Ketua Umum Pengurus Wilayah KAMMI Jawa Barat Riana Abdul Azis,S.Pd.,M.CE. mendesak pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk melakukan antisipasi dengan sosialisasi.
Riana juga meminta Pemerintah Provinsi melakukan langkah konret lain untuk menanggulangi HIV AIDS.
“Itu jadi warning buat provinsi Jawa Barat dan daerah daerah se-Jawa Barat, maka dari itu provinsi Jawa Barat harus lebih intens edukasi lagi ke kaum remaja dengan usia produktif,” ujarnya.
Selain itu Riana juga meminta Pemprov Jabar harus gencar melakukan pendekatan dengan memutar film edukasi terkait seks bebas.
” Supaya mereka tahu dengan nonton film, itu upay kita. Kita rutin ya, seperti di SMA perguruan tinggi,” katanya.
Tak hanya itu kata Riana, Pemprov Jabar juga harus banyak berkolaborasi dengan Dinkes Kota/Kabupaten dalam penanganan ibu hamil yang positif HIV AIDS.
“Diharap ada kolaborasi dengan Dinkes, itu bisa mengantisipasi langkah preventif dan penyuluhan jangan sampai terjadi kasus HIV AIDS meningkat lagi,” katanya.
Dan sangat d sayangkan Juga Masih banyak orang yang tidak dapat mengakses layanan pencegahan HIB karena adanya diskriminasi, kekerasan, bahkan penganiayaan. Oleh karena itu, masyarakat diingatkan untuk memainkan peran penting dalam memberikan layanan penyelamatan jiwa ini kepada orang-orang yang paling membutuhkannya.
Menurut Riana, ada berbagai strategi dalam pencegahan HIV AID yang mudah dan perlu dioptimalkan.
Antara lain dengan mengedukasi anggota keluarga berdasarkan pendidikan moral dan agama.
Selain itu, partisipasi aktif para tokoh masyarakat yang dianggap sebagai panutan mempunyai andil dalam menjalankan program-program pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS di lingkungan sekitar.
” Begitu juga, tokoh masyarakat penting dibekali berbagai informasi mendalam tentang HIV-AIDS agar tidak memunculkan sikap negatif terhadap ODHA. Sebagai teladan masyarakat, mereka harus menjadi penggerak utama untuk pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS serta turut menciptakan lingkungan yang kondusif,” katanya.(gilang/fey)
